Rabu, 09 Januari 2013

Menanam Pikiran Positif




Pikiran positifku? Apa ya? Mau berlagak nih nulis pikiran-pikiran positifku. Padahal sebenarnya isi kepalaku buruk, menjijikan. Tetapi… sisi baik ku tetap ada dong. Manusia kan emang diciptakan dengan dua sisi. Tinggal sisi mana yang lebih besar, maka condonglah kesitu sifatnya. Menjadi orang baik atau orang jahat.



Setiap manusia juga diberi nurani. Namun dia mau mendengar kata hatinya bicara atau tidak. Jika ya, maka dia menjadi insan yang bernurani bersih, yang peka terhadap kebaikan, yang mulia. Jika tidak, maka dia menjadi orang berjiwa setan, yang membenarkan kejahatan, yang terhina. Jadi, mau pilih mana?
Lalu, hubungannya dengan pikiran positif adalah bahwa pikiran positif menunjukkan sisi baik kita. Ketika lebih banyak berpikir positif maka kita akan semakin menjadi manusia yang baik. Kemudian menjadi lebih bijak dalam kehidupan. Dan… berat segala susah dan sedih akan ringan dengan pikiran positif. Ini lah bagian yang kusuka. Karena aku bisa tersenyum di sedihku.
Eits, sebelum benar-benar berpikir positif, aku pun harus lalui segala rintangan. Bukan harus lewati hutan rimba, berperang dengan hewan buas, melewati sungai dan mendaki gunung. Bukan seperti itu. Yah, kalau dibayangkan mungkin seperti itu, hihi. Rintangan itu tak kasat mata. Karena dalam diri ku. Sisi negatifku.
Aku harus bertarung dulu dengan keburukanku. Sisi yang disukai setan. Sehingga setan berusaha menyalakan, menumbuhkan, membesarkan pikiran negatifku. Terjadilah pergulatan pikiran, pergolakan batin. Kedua sisi berusaha keras untuk menang. Berjuang agar bisa kuasai seluruh diriku.
Sama ketika proses sakit. Kalau tubuh kita sedang menurun imunitas atau ketahanan tubuhnya, maka kan mudah terserang virus atau bakteri dan akhirnya sakit. Sebaliknya, kalau sedang tinggi ketahanan tubuhnya, maka akan senantiasa sehat. Begitu juga pertarungan tadi. Ketika pertahanan diri sedang baik, yaitu keimanan yang tinggi, maka sisi baik akan menang. Namun, ketika keimanan menurun, maka sisi buruk yang menang.
Misal, aku yang mahasiswa ini dapat nilai buruk, dan aku sedang dalam suasana keimanan yang mendukung, maka aku akan berpikir “Tidak apa-apa, besok aku akan belajar lebih giat untuk mendapat nilai yang lebih baik.” Atau praktikum yang berjalan kurang lancar, maka aku akan berpikir ada pelajaran yang bisa diambil dari kesalahan ini. Sehingga jadi tahu dan esok tak ulangi. Dan banyak lagi.
Kalau keimanan sedang-sedang saja alias tidak turun dan dan tidak naik, bagaimana coba? Mungkin masih ada kesempatan besar untuk memenangkan sisi baik. Asal kita ingin memenangkannya. Berpegang pada agama Allah. Insya Allah, Allah akan bimbing kita dengan kasihNya menuju kemenangan.
Nah, kalau keimanan sedang turun, mesti waspada. Tapi kadang aku nggak ngerasa kalau lagi futur iman. Jadilah aku marah, sedih berlarut, memikirkan hingga kepala berat semua masalah dan kesulitan. Parah deh pokoknya. Barulah beberapa menit atau jam berikutnya, biasanya setelah aku istirahat, aku tenang. Mencoba menata hati dan fikir.
Berusaha menyadarkan diri dengan membuatku ingat kepada Allah. Sadar bahwa Allah maha baik dan maha penolong. Maka aku akan membaca tulisan-tulisan penyemangat hati, penyejuk jiwa. Mendengarkan lagu tentang kebesaran Allah dan semangat hidup. Sedikit demi sedikit aku sadar. Kemudian tiba waktu sholat, aku sholat dan berdoa lalu membaca Al-Quran. Atas kuasa Allah, aku mampu berpikir positif pada setiap masalahku.
“Bersama kesulitan ada kemudahan”, surat Al-Insyirah ayat 6 ini selalu terdengar tiap aku merasa sulit dan pelik. Kubaca pula dalam sholatku. Ada lagi di surat Al-A’la ayat 8, “Dan Kami mudahkan bagimu ke jalan kemudahan.” Sejuk deh hatiku. Dan pikiran positif itu serta merta muncul.
Bukankah Allah ada dalam persangkaan hambaNya. Jadi aku akan selalu berpikir positif terhadap kehendak Allah. Karena itu memang benar adanya. Bahwa Allah selalu memberikan kebaikan pada semua hambaNya. Semua yang berasal dari Allah adalah kebaikan, sedangkan keburukan itu karena perbuatan kita sendiri.
Satu lagi, ketika masalah berat itu menyeliputiku, aku mulai menanamkan pikiran bahwa ini adalah jalanku. Ya, semua yang terjadi padaku adalah jalanku. Tentu berbeda dengan jalan orang lain. Jika orang lain tak kesulitan tentang fase ini dan aku kesulitan, maka memang demikian takdirnya. Jalanku berbeda dengan jalan mereka.
Seperti saat ini, studyku sedikit terhambat dengan nilai yang tidak terlalu bagus atau ilmu dan kemampuan yang sedikit, sehingga aku bekerja keras, aku tak boleh mengeluh. Karena inilah jalan yang Allah pilihkan untukku. Dan aku tak perlu sedih apalagi sesali berada di jalan ini. Pasti ada kebaikan untukku. Hikmah melimpah. Sehingga aku menjadi manusia yang berilmu dan berhati lembut penuh ikhlas dan sabar.
Jadi, berpikir positif yang pertama adalah dengan mengingat bahwa Allah selalu memberikan kebaikan di setiap kehendakNya dan memberikan kemudahan di setiap kesulitan. Insya Allah, akan ringan. Tenang. Bahagia. Aku masih berusaha untuk selalu berpikir positif. Baru menanam. Maka harus disiram dan dirawat agar tumbuh semakin besar. Di setiap keadaan. Di setiap kejadian.
Mari melangkah bersama menuju pikiran positif. Karena ternyata, pikiran positif itu asyik.[]MZ.Yani_matasiswa.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar