Senin, 09 Mei 2016

Mengapa Gelisah Atas Bahagia Orang?















Karunia Allah kepada manusia tidak akan pernah salah. Sifat-Nya yang Maha Tahu dan Maha Adil, menyatu dalam kehendak dan perbuatan-Nya, yang tidak bisa disanggah apalagi ditolak. Tapi manusia, yang kecerdasannya terbatas terkadang tak mampu memahami itu, atau terkadang pula karena mata hatinya tertutup, lalu tak mampu memandang hakekat sebuah kebenaran.

 Hanya Menggadaikan Kebahagiaan
Gelisah atas karunia yang diterima orang adalah penyakit yang dapat menghancurkan, bukan hanya pikiran tetapi juga tubuh. Padahal kita tahu, tidak ada ketenangan bagi seorangyang gelisah karena perilaku itu.
Orang yang resah dengan nikmat di tangan orang orang lain, bagaikan menyalakan api unggun yang kemudian dia sendiri masuk ke dalamnya. Sifat dengki menumbuhkan penyesalan dan kegelisahan yang akhirnya akan menghancurkan kehidupan kita yang tenang dan berharga seperti sebelumnya.
Kebajikan dan Kebaikkan yang Tersia-sia
Gelisah melihat bahagia orang adalah penyakit yang sangat buruk, karena dampaknya bisa menghanguskan pahala kebaikan dan kebajikan yang pernah kita lakukan. Rasulullah SAW bersabda;
“Jauhilah oleh kalian sifat iri, karena iri itu melalap amal kebajikan seperti api melalap kayu bakar.”
Pada Akhirnya, Sangka Buruk kepada Allah
Agama mengajarkan, bahwa Allah SWT bertanggung jawab menurunkan rezeki-Nya kepda manusia, dan bertanggung jawab pula membaginya di antara mereka dengan kadar dan jumlah yang tertentu, sesuai hikmah yang hanya Dia sendiri saja yang mengetahuinya.
Maka, sikap gelisah yang ditunjukkan seseorang karena iri dan dengki di hatinya, sekali lagi, hakekatnya ia menentang nasib dan menyangka bahwa Penciptanya telah berlaku tidak adil padanya.
Takdir Itu Bukan Kepasrahan
Allah SWT memang telah menentukan takdir kita. Tapi, kita tidak perlu tahu tentang bagaimana wujud takdir itu sebelum masa berlalu. Maka, sepanjang waktu itumasih terus berjalan, sepanjang itu pula kita dituntut untuk bekerja, menuju takdir yang telah ditentukan itu.
Daripada gelisah, lebih baik kita merenungkan potensi kebaikan yang kita miliki. Renungkanlah berbagai karunia yang telah Allah anugerahkan kepada kita yang belum kita syukuri dengan berbuat secara maksimal. Ingatkan diri kita akan banyaknya karunia Allah kepada kita.
Belajar Tentang Bekerja dan Prestasi
Orang yang kita lihat memiliki capaian hidup yang lebih baik dari kita, mungkin bisa menjadi salah satu contoh bagi kita untuk juga menggapai bahagia. Belajar dari pengalaman dan perjalanan hidup orang lain, adalah anjuran dalam agama kita. Wallahua’lam bishawab (*)
Mengubur Gelisah Atas Bahagia Orang.
Gelisah atas bahagia orang, jika ia ternyata hadir di hati kita, harus segera diakhiri. Meski tentu tidak mudah, tapi rasanya tak ada seorang pun mengatakan bahwa sikap itu layak dipelihara. Mu’awiyah RA pernah mengatakan; “Tidak ada potensi keburukan yang menyamai dengki; ia membunuh si pendengki sebelum ia sampai kepada orang yang dia dengki.”
Nah, bagaimana mengakhirinya? Beberapa hal berikut mungkin perlu kita renungkan.
Ilmu dan Amal Memberi Kepuasan Pada Jiwa
Orang yang paling diberkahi hidupnya, adalah orang yang paling menginginkan kehidupan akhirat dan tidak mudah gelisah dengan apa yang diberikan Allah kepada saudaranya. Dia memilih beramal daripada sibuk memikirkan orang. Dia memilih berkutat dengan ilmu daripada mengutak-atik bahagia orang.
Menahan Diri, Menjernihkan Hati
Tak ada karunia yang tak memiliki musuh. Itulah yang kita pahami dari ucapan Umar bin Khattab ketika ia berkata; “Tak ada satupun nikmat Allah kepada seseorang kecuali dihadapkan pada orang yang dengki.”
Artinya, setiap kita punya potensi untuk tidak senang dengan bahagia orang, tidak suka menyaksikan nikmat Allah melimpah kepada orang, resah ketika orang mendapat karunia. Karena itu, masing-masing kita perlu memiliki kekuatan menahan diri, menjaganya dari jebakan-jebakan kegelisahan tatkala melihat kebahagiaan orang lain, yang kita mulai dengan menata hati. Sebab disitulah kuncinya.
memiliki hati yang bersih, tenang dan tentram dan bahagia adalah bagian dari anugerah terbesar Allah kepada kita.
Keridhaan Memutus Racun Kegelisahan
Jika gelisah dan iri itu membinasakan, sebaliknya ridha Allah terhadap apa yang telah diputuskan Allah untuk kita adalah keselamatan. Karena hati yang ridha itu sehat dan terbebas dari tipu daya, kejahatan dan kebencian.
Pujian Untuk-Nya, Mengecilkan Segalanya
Gelisah dengan bahagia orang, adalah penyakit hati yang bisa menimpa siapa saja. Mungkin bermula dari sekedar rasa cemburu, hingga ketidak puasan terhadap ketentuan Allah. Dia lupa, bahwa yang memberi kemewahan jauh lebih mewah dan lebih indah dari kemewahan yang membuatnya terpesona.
Ajaran Rasulullah SAW adalah membuang gelisah itu dengan memuji Allah. Sebab Dialah yang paling pantas dipuji. Dialah yang paling menakjubkan. Dan seperti ditegaskan Nabi SAW, pujian kepada-Nya akan menjauhkan kita dari marabahaya dari sesuatu yang membuat kita kagum itu. Beliau bersabda;
“Siapa yang melihat sesuatu yang menakjubkannya lalu mengucapkan, “Masya’allah Laa Haula Wala Quwwata Illa Billahi” maka hal itu tidak akan membahayakannya.”
Pujilah Allah dalam setiap keindahan yang menakjubkan kita dan berdoalah kepada-Nya, karena pujian dan doa kita adalah benteng dan pembawa keselamatan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar