Kamis, 16 Januari 2014

Kecerdasan Semu di Balik Sebuah Gelar




Apakah Kamu merasa kagum pada orang yang banyak gelar akademiknya? Apakah Kamu merasa bahwa orang dengan banyak gelar tersebut merupakan orang yang hebat, pintar, dan cerdas? Apakah Kamu ingin memiliki banyak gelar agar disebut hebat, pintar, dan cerdas?


Kalau Kamu berpikir bahwa jika Kamu memiliki banyak gelar akademik maka Kamu akan dianggap hebat oleh orang lain, berarti Kamu perlu meraihnya. Gak sulit kok dapetin gelar yang banyak. Tinggal kuliah aja sering-sering. Selesai mendapat gelar sarjana, lanjutkan kuliah untuk memperoleh gelar master. Selanjutnya jika Kamu ingin mendapat gelar berikutnya, lanjutkan lagi kuliahnya untuk mendapat gelar doktor. Sekarang ini asal ada kesempatan dan uang, segalanya menjadi mudah.

Jujur saya iri dengan orang yang banyak gelarnya. Karena menurut saya mereka yang namanya diikuti banyak gelar berarti telah mendapatkan banyak pelajaran selama menyelesaikan pendidikannya. Saya sendiri sampai saat ini hanya sebatas berharap bisa melanjutkan belajar formal saya tapi saya belum bisa meraihnya karena beberapa keterbatasan yang saya miliki. Bagi saya saat ini istilah time is money benar-benar berlaku, tapi tidak berlaku sebaliknya. Saya bisa mendapatkan uang, tapi tidak bisa memiliki waktu untuk melanjutkan belajar formal. Jika saya sengaja menyediakan waktu saya untuk melanjutkan belajar formal, saya akan kehilangan sebagian uang saya karena harus meninggalkan pekerjaan yang saya jalani sekarang. Walaupun kata teman-teman ada kesempatan kita mendapat beasiswa ketika kita bisa masuk kuliah, tapi setidaknya kalau ada pegangan pasti akan lebih tenang. Karena kalau tanpa perhitungan yang matang, sama saja dengan nekad. Menurut saya, kesempatan mendapat beasiswa di perguruan tinggi itu peluangnya 1/2. Berarti ada kemungkinan saya tidak mendapatkan beasiswa tersebut. Yang bisa saya lakukan sekarang ini adalah menunggu. Sampai tiba waktunya saya bisa bekerja di tempat formal dan mengijinkan saya untuk melanjutkan studi agar saya bisa berkontribusi lebih baik terhadap tempat saya bekerja.

Kembali ke topik. Kenapa saya mengatakan “kecerdasan semu” pada judul post ini. Itu karena dari pengalaman saya berteman dengan orang-orang yang bergelar banyak tidak semuanya memiliki kecerdasan yang sesuai dengan gelarnya. Ada banyak faktor kenapa saya menarik kesimpulan tersebut. Pertama, faktanya tidak semua orang mendapatkan gelar dari perguruan tinggi terakreditasi. Artinya, gelar tersebut didapat dari perguruan tinggi/program studi dengan reputasi yang belum teruji. Kedua, proses mendapatkan gelar tidak dijalani dengan baik bahkan tidak bersungguh-sungguh ketika belajar. Ketiga, beberapa orang mendapatkan gelar hanya dengan IPK yang minimal. Keempat, tidak semua menyelesaikan tugas dengan baik, beberapa orang meminta bantuan orang lain secara penuh dalam menyelesaikan tugas tersebut bahkan dalam menyelesaikan tugas akhir. Masih banyak lagi fakta lainnya yang tidak saya sebutkan satu persatu di sini.

Walau bagaimana pun, saya tetap menghargai dan menghormati orang dengan gelar yang banyak. Karena saya selalu menghormati orang yang berusaha, termasuk berusaha mendapatkan gelar. Tapi yang perlu diingat adalah jangan terlalu menjadikan gelar sebagai patokan. Karena sebenarnya bisa saja orang mendapat gelar dengan mudah. Walaupun tidak mendapat kesempatan untuk belajar secara formal sampai mendapatkan gelar, belajar tetap harus kita lakukan sampai akhir hayat kita dan kita perlu senantiasa melatih skill kita agar semakin baik dan semakin hebat. Orang dengan banyak gelar pun kalau tidak memiliki skill, percuma saja. Gelar hanya akan jadi pelengkap sebuah nama kalau tidak diikuti dengan skill yang mumpuni.[] 
Sopandi Ahmad


2 komentar:

  1. Mohon kalau menulis dengan copy milik orang lain, disertakan sumber aslinya. Tulisan ini merupakan tulisan saya yang Anda copy tanpa ijin.

    BalasHapus
  2. saya mohon maaf karena tulisan ini memang milik pak ahmad, maka diakhir tulisan saya sertakan sumbernya,

    BalasHapus