Jumat, 26 April 2013

Ingin Menjadi Reporter? Hussssh! Belajar Dulu.




Menulis repostase tidak susah. Tidak pula gampang. Orang yang memberitakan atau menulis hasil perjalanannya ke suatu tempat pun dapat disebut menulis reportase. Ia mereportasekan perjalanan wisatanya. Gampang bukan? Cukup dengan mengamati apa yang dilihat selama perjalanan itu, foto sana-sini “Jepreeeeet” dan tulisalah semuanya di Kompasiana ini. Dinamakan apa tulisan itu? Bukan opini! Tapi reportase. Sebab reportase tidak melulu harus yang berhubungan dengan peliputan berita politik, ekonomi atau seperti yang selalu terbaca di koran/media cetak.


Memang betul bahwa dalam penyusunan sebuah berita untuk melaporkan peliputan tentang suatu yang lagi hangat dibutuhkan sebuah kelengkapan atau akurasi. Selain itu, peran dan eksistensi wartawan atau jurnalis/reporter sebagai pihak independen yang tidak berpihak, juga menjadi bagian dari akurasi materi informasi yang diberitakan agar tidak terjadi bias atau kesalahpahaman proses informasi.

Meski demikian, tidak semua fakta berupa informasi dapat dijadikan berita. Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi terlebih dahulu, sebelum sebuah fakta atau informasi itu dinilai “layak berita”. Namun faktor yang menentukan layak tidaknya fakta/informasi itu dijadikan berita, ditententukan oleh instansi masing-masing media masa.

Usahakanlah kalau menulis suatu reportase hindarilah sesuatu yang disebut “jalan pintas”, hanya mengopy apa yang sudah direport orang lain. Kalau kita mau tulisan reportase kita menggigit, jangan hanya mengikuti apa yang sudah diambil reporter lain. Carilah umpanya sudut pandang berbeda, cara pengambilan gambar berbeda, pembahasan berbeda. Jangan ikut-ikutan doang.

Supaya tambah kenyang dengan belajar tehnik mereport suatu berita, coba makan beberapa hal berikut ini:

1. Kita harus mencari dan menemukan peristiwa dan kronologisnya (kalau ada).

Suatu peristiwa bisa muncul karena informasi dari publik namun tidak jarang pula harus dicari sendiri. Kalau hendak dicari sendiri maka dituntut kejelian wartawan dalam menangkap setiap peristiwa atau kejadian disekitar masyarakat setempat. Mana yang layak untuk digali dan kemudian menjadi berita yang hendak disajikan.

2. Mencari kebenaran fakta di balik suatu peristiwa/kejadian.

Di sinilah tempat kita sebagai wartawan memastikan kebenaran suatu berita, misalnya saja tentang Dana pension, berita mengenai komentar seorang nara sumber tentang akan adanya kenaikan BBM, dll. Pemakaian uang proyek (baca: korupsi), dll.

3. Sudut pandang apa dan dari mana kita melihat suatu peristiwa untuk dijadikan berita.

Sudut pandang pemaparan berita adalah bagian terpenting dalam sebuah penyajian informasi. Karena dari sudut pandang yang diambil atau dipilih seorang wartawan akan menentukan nilai dan tingkat keterbacaan sebuah informasi. Apalagi ketika melaporkan/ menulis berita tentang sesuatu yang “breaking news.

4. Menentukan Kalimat pembuka.

Bagian ini sangat penting untuk menarik minat pembaca/ calon pembaca untuk membaca tulisan reportase kita. Apakah pembaca akan membaca seluruh isi tulisan kita, sangat sering tergantung kalimat pembuka yang kita tulis. Menarik kah? Mengajak antusiasme pembaca kah? Membuat pembaca mengantuk kah? Membuat pembaca bosan kah? Menantang pembaca kah? Menggelitik pembaca kah? Semuanya tergantung kepiawaian kita dalam menuliskan kalimat-kalimat pembuka.

5. Bagaimana menulis reportase yang menarik tapi sesuai fakta.

Ini tentu saja menuntut “kehebatan” penulis dalam menciptakan suatu bentuk tulisan yang akan benar-benar menggigit bahkan mencengkeram minat pembaca untuk menggerogoti habis tulisan kita. Menulis inilah yang kadang bermasalah. Karena menulis berita bukan soal panjang-pendeknya sebuah tulisan. Bukan pula melulu dengan bahasa yang indah-indah. Tapi kombinasi antara bahasa yang menarik dan fakta di lapangan. Yang lebi menonjol juga adalah bagaimana menempatkan persoalan pokok yang akan diinformasikan kepeda para pembaca. Tentu juga dalam rangka membuat para pembaca memahami dan mengerti peristiwa yang disampaikan. Dalam menulis suatu reportase, kenali juga lokasi kejadian serta detail-detail ruang yang ada sebagai bagian laporan pandangan mata. Jika terkait dengan orang, kenali dan ekplorasi identitas sumber berita secara lengkap.[]MSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar