Selasa, 23 Juli 2013

Karakter Mukmin Sejati, Belajar dari Filosofi Pohon (Tafsir)

Add caption




“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap saat (pagi dan petang) dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25)


Setiap orang pasti senang dan terhibur melihat indahnya pemandangan pohon. Suka berteduh di bawahnya. Menikmati buah lezatnya. Memanfaatkan oksigen yang dihasilkannya, dan pohon menyerap karbon dioksida yang kita keluarkan. Bahkan memanfaatkan setiap helai daun, serabut akarnya dan kayunya untuk berbagai macam kepentingan. Dan pohon adalah paru-paru dunia. Itulah perumpamaan seorang muslim.

Di dalam Al-Quran atau hadits, banyak perumpamaan (matsal) untuk mendekatkan pemahaman terhadap sesuatu yang logis abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang bisa diindra (mahsus). Seperti halnya ayat di atas yang mengumpamakan seorang mukmin dengan pohon.

Tentang “kalimat” dalam ayat itu, para ahli tafsir memiliki dua penafsiran; sebagian menyatakan bahwa yang dimaksud adalah keimanan di dalam dada dan sebagian lagi menyatakan sebagai orang mukmin itu sendiri. Kedua pendapat ini sebenarnya bisa dikompromikan yakni seorang mukmin dengan keimanannya ibarat sebuah pohon dengan sifat-sifat yang disebutkan setelahnya. Tentang pohon yang menjadi perumpamaan, sebagian ulama menyebutnya sebagai pohon kurma. Sebagian lagi menyatakan pohon sempurna itu hanya ada di surga.

Allah mengumpamakan seorang mukmin dengan keimanannya ibarat pohon dengan empat sifat; pohon yang baik, akarnya kuat menghunjam ke dalam tanah, batang dan dahannya menjulang tinggi ke langit, yang memberikan buahnya setiap saat tak kenal musim. Semua itu terjadi dengan izin Allah. Perumpamaan ini dibuat oleh Allah agar manusia mengambil pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar