Sabtu, 19 Maret 2016

Bonkar dan Luruskan Sejarah












Walisongo, dari Khilafah untuk Indonesia. Dalam kitab Kanzul 'Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana
Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada
tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang
isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk
diberangkatkan ke Pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama sekaligus merangkap wali(gubernur) distruktur Khilafah yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di
Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-
masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin
oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi
itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di
Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu
Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten
sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.
Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan
sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus
mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat).
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat
sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar