Kamis, 23 Mei 2013

Ruma, Bisnis Sosial Pemenang Endeavor Global


Saat membahas tentang entrepreneurship sosial, kita sering teringat dengan sosok Muhammad Yunus dari Bangaldesh dengan Grameen Bank yang ia miliki. Tidak banyak yang tahu bahwa negeri kita ini juga memiliki sejumlah entrepreneur sosial berbakat yang berbagi semangat yang sama dengan pemenang Nobel tersebut.
 
Belum banyak yang mengetahui sepak terjang RUMA, bahkan di dalam negeri sendiri. RUMA adalah sebuah usaha sosial yang didirikan dengan tujuan memberdayakan kaum miskin dengan menggunakan teknologi yang sudah banyak digunakan oleh segala lapisan masyarakat: teknologi ponsel. RUMA telah memberdayakan tak kurang dari 10.000 wirausahawan mikro di Indonesia.  Sebanyak 85% dari  mereka adalah kaum wanita yang memiliki banyak jenis usaha seperti penjualan pulsa prabayar, pembayaran listrik prabayar, dan layanan bernilai tambah lainnya.
 
RUMA telah mendapatkan banyak penghargaan seperto Social Enterprises Competition dari Harvard AS. Dan baru-baru ini, RUMA juga dipilih oleh organisasi nirlaba Endeavor.org sebagai satu bisnis yang berdampak sosial ekonomi luas di masyarakat sekitarnya.
 
Berkat sejumlah prestasi yang ditorehkan ini, tidak heran RUMA mendapatkan sejumlah sumber pendanaan. Beberapa di antaranya yakni dari perusahaan Omidyar Network dari Silicon Valley, Unitus Impact dan sebagainya.
 
Sosok di balik keberhasilan usaha sosial RUMA ini adalah Aldi Haryopratomo, Sean Dewitt dan Budiman Wikarsa di tahun 2009. Apa yang dimulai sebagai sebuah proyek rintisan darri Grameen dan Qualcomm kini menjelma menjadi sebuah perusahaan dengan misi sosial yang memberdayakan jutaan klien.
 

RUMA juga sudah merangkul sejumlah organisasi yang berfokus pada pendanaan bisnis mikro di negara-negara ekonomi berkembang seperti KIVA.org,  Boston Consulting Group, Ernst & Young, CINOC, dan lain-lain. Lembaga-lembaga pendidikan ternama baik di luar dan dalam negeri pun sudah menjalin kerjasama dengan RUMA, yakni Harvard, Stanford, UI dan ITB.
 
 
RUMA awalnya gagasan bisnis di kepala Aldi dan kemudian ia berusaha wujudkan dengan menggandeng 2 rekan lainnya. Konsep yang fokus pada usaha mikro itu membuat RUMA dengan cepat bisa membangun jejaring agen bisnis mikro yang ia sebut sebagai ‘rekan usaha’.
 
Rekan-rekan usaha RUMA kemudian diberikan fasilitas berupa pulsa telepon selular karena mereka memerlukannya untuk berkomunikasi di tengah pedesaan yang relatif terpencil.
 
Indonesia harus diakui adalah potensi pasar yang gemuk dan perlu digarap. Para pendiri RUMA menyadari banyaknya rakyat negeri ini yang masih banyak belum bisa menikmati kelancaran berkomunikasi nirkabel.
 
Untuk mengatasi masalah itu, RUMA mendirikan sebuah jaringan distribusi hingga mencapai 4000 agen aktif yang pada gilirannya menjangkau 1,5 juta orang.
 
Ini bukan tujuan akhir bagi RUMA. Mayoritas perusahaan besar di Indonesia menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengumpulkan pembayaran dan mendistribusikan informasi melalui kanal-kanal perniagaan tradisional.
 
Menyadari adanya peluang yang belum dimanfaatkan, RUMA kemudian berupaya mengalihkan fokusnya pada layanan-layanan bernilai tambah dan bermargin tinggi yang memaksimalkan efisiensi dan luasnya jangkauan jaringan agennya untuk menghubungkan perusahaan-perusahaan dengan dasar sistem konsumen piramida.(*AP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar