Selasa, 25 Maret 2014

Film Noah Haram, Untuk di Tonton



FILM epic yang diangkat dari kisah Nabi Nuh buatan Hollywood berjudul 'Noah', akhirnya dilarang edar di Indonesia. Sepertinya Lembaga Sensor Film telah menonton film ini sebelum diputuskan untuk beredar ke seluruh bioskop.


Noah yang dibintangi aktor Australia, Russel Crowe, dan si cantik Hermionie Granger alias Emma Watson ini, dijadwalkan tayang serempak di seluruh dunia pada 28 Maret 2014. Apa daya protes keras terlampau menempeleng film ini hingga disinyalir akan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Bagi Paramount Pictures, hal ini bisa jadi merugikan mereka secara finansial karena selain Indonesia, beberapa negara lain sudah mencekal film tersebut. Intinya film tak akan diedarkan karena dianggap akan menimbulkan perdebatan agama dan menyentil isu SARA.

Pada awalnya media mengabarkan bahwa ada tiga negara Jazirah Arab yang mengecam film Noah. Film karya Darren Aronofsky ini tak akan tayang di negara itu. Dilansir solopos, otoritas tertinggi Islam Sunni dan pusat utama ajaran Islam Al-Azhar di Kairo mengeluarkan fatwa pada seminggu lalu. Film ini dianggap memprovokasi perasaan muslim.

“Al-Azhar, memperbarui keberatan terhadap tindakan yang menggambarkan utusan dan nabi-nabi Allah, dan juga para sahabat Nabi (Muhammad SAW),” bunyi pengumumam yang disampaikan juru bicara Al-Azhar yang kami kutip dari Dailymail, Sabtu (8/3/2014).

Tak hanya negara di Arab, umat Kristen di Amerika pun menyatakan penolakan kerasnya terhadap peredaran Noah. Menurut mereka, film ini tidak sesuai dengan yang tertulis di Alkitab. Penggambaran Nuh dinilai suram. Nuh adalah sosok menonjol dalam Alkitab di kitab Kejadian dan dihormati oleh umat Kristen dan Yahudi. Jerry A. Johnson, Presiden National Religious Broadcasters (NRB) yang merupakan kelompok konservatif, mengatakan  bahwa Noah adalah film berdasar interpretasi imajinatif dan  tidak mengacu pada kitab suci. Artinya dipenuhi oleh banyak kisah fiktif dan penggambaran yang tak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Pengumuman  di Opening Film

Gaung Noah sudah berlangsung dua tahun sebelumnya. Melihat jajarang pemeran dan sutradara sekaligus studio yang menangani, sangat mudah melabeli kalau film ini memang 'imajiner' alias penuh fantasi.  Di benak saya dan sebagian orang, adegan bahtera dan samudera dan sejenisnya akan menjadi scene demi scene yang epic sebagaimana tipikal film kolosal Hollywood. Jajaran aktor yang populer juga membuat sebagian orang percaya bahwa Noah adalah film komersil.

Produser kemudian mengumumkan deskripsi singkat di awal film sebagai pengumuman. Bahwa film ini bukan diangkat dalam kitab Kejadian di Alkitab, melainkan 'adaptasi'.

Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, begini isi pengumuman itu.

"Film ini terinspirasi dari cerita Nabi Nuh. Aspek artistik (penyesuaian alur) yang kami sertakan, ditujukan untuk menampilkan esensi, nilai-nilai, dan integritas dari kisah yang telah banyak diyakini oleh banyak orang. Kisah Nabi Nuh (yang sebenarnya) dapat ditemui dalam kitab Kejadian."

Bisa diprediksi, Noah akan tetap tayang di Amerika dan banyak negara Eropa lain dengan alasan tersebut. Bagi sebagian pecinta film, penjelasan itu dianggap cukup jelas. Mengingat karya seni di dunia barat memang terbilang bebas karena dianggap sesuai konteks.  Tapi kita juga harus berhadapan dengan penonton dari masyarakat 'konservatif'. Jadi adalah hak dan wajar-wajar saja saat Noah dicekal oleh suatu negara. Pada awalnya saja genre film tersebut dikatakan sebagai genre religi.

Noah Sempat Dijadwalkan Tayang di Indonesia

Poster film Noah sempat menghiasi situs 21cineplex.com dan dijadwalkan akan tayang. Namun pada akhirnya film ini resmi dicekal pemerintah kita. Menurut wikipedia, sudah ada dua film asing yang dicekal. Yang pertama adalah film The Year of Living Dangerously. Film buatan 1982 ini dicekal hingga tahun 1999.

Film ini meliput situasi Jakarta pada tahun 1965 pra dan pasca G30S PKI. Oleh pemerintahan Orde Baru film ini dilarang beredar di Indonesia karena dianggap menggambarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sejarah. Di dalam film ini terdapat adegan penembakan massal yang dilakukan oleh sepasukan tentara berbaret merah. Larangan ini dicabut pada tahun 1999, setelah masuk masa reformasi.

Yang kedua adalah film Balibo, film Australia pada 2009. Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Marty Natalegawa,  pelarangan ini bertujuan untuk menghindari "pandangan negatif dunia" terhadap Indonesia.  Film ini berkisah tentang peristiwa Balibo Five dimana ada jurnalis asing yang dikatakan ditembak oleh tentara Indonesia. Padahal peristiwa sebenarnya dianggap tidak demikian oleh pemerintah Indonesia.

Film religius yang dianggap aman datang dari Passion of the Christ. Film ini sempat dicekal di Malaysia namun kemudian diperbolehkan ditonton untuk umat Kristen. Di Indonesia film ini tak dilarang bahkan sempat menghiasi televisi Indonesia terutama menjelang tanggal merah Natal. Tentu saja dengan pemotongan scene 'bloody' di beberapa scene.

Sebenarnya saya bisa membayangkan kalau film Noah ini akan menjadi semi-drama dengan scene action sebanyak 20-30 persen saja. Ingat film 2012 atau film lainnya. Scene epic itu seperti sebuah pelengkap dan 'secuil' sementara plot yang tentu saja dianggap paling penting, akan selalu menjadi bagian yang dominan.  Jadi saya pribadi tidak mempermasalahkan tayang atau tidak tayangnya film itu di Indonesia. Sebab memang tidak antusias. Pada 28 Maret nanti, ada film Indonesia yang sudah teragendakan untuk ditonton: The Raid 2: Berandal.

Nah, setidaknya bagi saya itu jauh lebih aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar