Selasa, 11 Maret 2014

Fenomena Status aktif, Gunung Serentak Mengeluarkan Aksinya


Fenomena Status aktif, Gunung Serentak Mengeluarkan Aksinya

Fenomena Alam seperti Pegunungan di Indonesia merupakan suatu peringatan yang hangat untuk diresapi, karena bencana seakan bergantian untuk menunjukan aksinya yakni hujan yang menguyur di kota - kota besar Indonesia baru - baru ini berakibat banjir, banjir tersebut terjadi karena ulah tangan manusia sendiri karena banyak sekali faktor - faktor yakni, banyaknya sampah yang numpuk menggunung di sungai hingga di tepi jalan bahkan berdampak bau yang tak sedap, penebangan pohon yang secara liar, membangun di tempat aktifnya air mengalir, kurangnya resapan hingga bendungan air dll. bukan hanya banjir yang adil menyerta di berbagai daerah hingga kota di Indonesia. Tanah longsor yang menerpa daerah ibu kota, dan fenomena hembusan asap yang berupa debu vulkanikpun menyertai daerah berbagai Ibu Kota Indonesia. 

Sebanyak 17 gunung tersebut adalah Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.

Empat gunung berstatus Siaga, yakni Kelud, Lokon, Rokatenda, dan Karangetang. Sedangkan gunung berstatus paling berbahaya atau Awas adalah Sinabung.

Apa penyebab begitu banyaknya gunung di Indonesia yang aktivitas vulkaniknya di atas Status Normal?

Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, menjelaskan, Indonesia berada pada tiga lempeng dunia, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia.

Setiap tahun, tiga lempeng itu bergeser secara bertahap. Pergerakan lempeng itu mengakibatkan beberapa hal, di antaranya gempa dan meningkatnya aktivitas vulkanik gunung api.Banyaknya gunung api aktif di Indonesia membuat PVMBG harus bekerja keras melakukan pemantauan intensif. Sehingga, ada kenaikan atau penurunan aktivitas vulkanik, PVMBG bisa segera memutuskan apakah menaikkan atau menurunkan status gunung tersebut, serta merekomendasikan kawasan steril.

Setiap posko, rata-rata diisi tiga pengamat gunung api. Mereka bekerja bergiliran sehingga aktivitas gunung api bisa dipantau selama 24 jam penuh.[]MZ
Fenomena Alam seperti Pegunungan di Indonesia merupakan suatu peringatan yang hangat untuk diresapi, karena bencana seakan bergantian untuk menunjukan aksinya yakni hujan yang menguyur di kota - kota besar Indonesia baru - baru ini berakibat banjir, banjir tersebut terjadi karena ulah tangan manusia sendiri karena banyak sekali faktor - faktor yakni, banyaknya sampah yang numpuk menggunung di sungai hingga di tepi jalan bahkan berdampak bau yang tak sedap, penebangan pohon yang secara liar, membangun di tempat aktifnya air mengalir, kurangnya resapan hingga bendungan air dll. bukan hanya banjir yang adil menyerta di berbagai daerah hingga kota di Indonesia. Tanah 


longsor yang menerpa daerah ibu kota, dan fenomena hembusan asap yang berupa debu vulkanikpun menyertai daerah berbagai Ibu Kota Indonesia.
Sebanyak 17 gunung tersebut adalah Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.
Empat gunung berstatus Siaga, yakni Kelud, Lokon, Rokatenda, dan Karangetang. Sedangkan gunung berstatus paling berbahaya atau Awas adalah Sinabung.
Apa penyebab begitu banyaknya gunung di Indonesia yang aktivitas vulkaniknya di atas Status Normal?
Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, menjelaskan, Indonesia berada pada tiga lempeng dunia, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia.
Setiap tahun, tiga lempeng itu bergeser secara bertahap. Pergerakan lempeng itu mengakibatkan beberapa hal, di antaranya gempa dan meningkatnya aktivitas vulkanik gunung api.Banyaknya gunung api aktif di Indonesia membuat PVMBG harus bekerja keras melakukan pemantauan intensif. Sehingga, ada kenaikan atau penurunan aktivitas vulkanik, PVMBG bisa segera memutuskan apakah menaikkan atau menurunkan status gunung tersebut, serta merekomendasikan kawasan steril.
Setiap posko, rata-rata diisi tiga pengamat gunung api. Mereka bekerja bergiliran sehingga aktivitas gunung api bisa dipantau selama 24 jam penuh.[]MZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar