Sabtu, 08 Juni 2013

Etika Posting dan Bersikap di dunia maya




Media internet memberikan kemudahan dalam berbagi informasi dan berkomunikasi dengan siapapun dan dimana pun. Jangkauannya yang sangat luas dan cepat membuat semua orang mengetahui informasi yang kita berikan. Hal ini dapat berdampak buruk atau baik sekali tergantung penggunanya. Oleh karena itu, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan internet sebagai sarana penyebaran informasi.

1. Hendaknya informasi yang kita kirimkan adalah yang benar, dibutuhkan dan untuk umum
Informasi yang kita berikan harus jelas kebenarannya. Bila perlu, cantumkan sumber dan link yang bisa dibuka untuk informasi-informasi yang sensitif. Sehingga dengan adanya hal seperti ini kita terhindar dari fitnah dan menggunjing, serta merugikan orang/kelompok lain. Allah berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menye-babkan kamu menyesal atas perbuat-anmu itu” (QS al-Hujuraat [49]: 6)
Jika telah pasti kebenarannya, maka selanjutnya “apakah informasi ini dibutuhkan?”. Di facebook sering kita lihat informasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan tetapi tetap diposting, seolah-olah update status menjadi sesuatu yang wajib.
“rintik hujan di pagi hari”, lalu 5 menit lagi “Tidur lagi ah..”, terus 1 jam berikutnya “saatnya pergi ke kampus”, 30 menit lagi “dijalan ada anak kecil ngamen, kasian deh” dll. Penting gak sih? tapi alhamdulillah saya belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status “lagi raka’at tiga nih” naudzubillah kalo sampai ada!” becanda.
2. Mengabarkan berita baik untuk berbagi kebahagiaan sah-sah saja tapi jangan berlebihan
Allah menyampaikan di dalam al-Qur’an yang artinya:

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (QS adh-Dhuhaa [93]: 11)
Artinya sah-sah saja seandainya kita mendapatkan nikmat atau kebahagiaan dari Allah lantas kita menyampaikannya dan menceritakannya dengan saudara-saudara kita dengan harapan mereka juga akan termotivasi dan bersyukur pada Allah atas nikmat-nikmat yang juga mereka terima. Berusahalah untuk memposting sesuatu yang akan meng-inspirasi-memotivasi dan membagikan semangat, jangan terlalu berlebihan.
“Dan sesungguhnya orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara.” (HR. Tirmidzi)
3. Menghindari menyebarkan berita yang mengundang mudharat.
Yang paling banyak kita temukan dalam posting di dunia maya adalah orang dengan niat yang baik dalam memberikan informasi, namun dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu malah mengundang mudharat. Misalnya dengan posting:
“Teman-teman, ada situs yang sangat menghina Islam disini: www.linknya-dipaste-lagi.com, kita harus mengambil langkah terhadap penghinaan ini!”.
atau yang begini:
“Jaman sekarang ancur banget, ada film yang judulnya (judulnya disebutin lagi) yang isinya banyak banget tentang pornografi dan pornoaksi. Ada adegan dewasa disitu. Dunia semakin parah deh”
Banyak orang yang awalnya tidak mengetahui malah jadi mengetahui dan mengakses situs-situs yang harusnya tidak boleh diakses. Walaupun mungkin ada manfaat ketika kita menyebarkan informasi semacam ini, tapi tetap saja menolak mafsadat lebih utama dari mendapat manfaat. Sesuai kaidah yang berbunyi: “Sesungguhnya, menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat.”
Jadi, ketika kita menemukan situs penghinaan terhadap Islam, informasi yang mengundang mudharat atau semacamnya, lebih baik kita lansgung tutup dan jangan pernah kembali. Tidak perlu membesar-besarkan dan menye-barkannya. Karena justru itu yang diinginkan pembuatnya. Toh hal yang semacam ini akan terus ada kapapnpun internet ada.
4. Tidak berlebih-lebihan dalam memberikan informasi.
Diantara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah ats-Tsartsarun (orang yang memaksakan diri untuk memperbanyak perkataan), al-Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya kesana-kemari tanpa kehati-hatian) dan al-Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas cakupan pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam pem-bicaraan tersebut serta memfasih-fasih-kan/membagus-baguskan bahasanya dalam pembicaraan). (Muttafaq‘alaih)
Maka usahakan dalam setiap posting dan informasi yang kita berikan kita selalu berserah kepada Allah. Sama sekali tidak membuat-buat, atau membesar-besarkan perkataan, atau membuat sesuatu yang dibagus-baguskan. Kalaupun kita ingin memposting sesuatu yang menyemangati dan memprovokasi semangat, maka lakukan dengan hati-hati.
5. Tidak bersikap lemah, membuka aib diri sendiri ataupun orang lain dalam menyampaikan informasi
”hanya kamu yang ada di hatiku” “lagi nunggu bidadari”, “Malem minggu sendiri”, “aku menanti kedatangan dirinya”, “sedang mencoba merengkuh bulan”, “Cuma kamu yang terbaik buat aku”, ”terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini”, “Sudahlah!”, “Terimakasih Cinta”, “Semua telah berakhir” (terus terang saya suka sebel dan males baca status yang beginian)
Sedangkan Rasul telah memperingatkan kita untuk menjauhi fitnah: ”Sesungguhnya kebahagiaan bagi siapa saja yang menjauhi fitnah”. (HR. Abu Dawud)
Setiap kata-kata, posting, informasi yang kita keluarkan akan diawasi dan dimonitor oleh semua pihak, baik yang suka ataupun yang tidak suka. Lebih dari itu malaikat pun mengawasi dan mencatat apa yang kita perbuat. Karena itu lebih berhati-hatilah dalam memilih informasi mana yang akan kita bagikan.
Refreshing boleh, bercanda boleh, asal jangan berlebihan dalam memanfaatkan dunia maya. Gunakan dunia maya sebagai wasilah untuk memperluas jangkauan dakwah.
Bagikan semangat kamu pada yang lain dengan kontribusi apapun. Insya Allah semua yang kita lakukan di dunia maya termasuk kebaikan yang akan dicatat oleh Allah.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar