Muslimah, sukses dengan usaha keripik singkong./ Foto: Safari TNOLAsalkan ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Ya, prinsip inilah yang dianut Muslimah (45), mantan TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang sukses membangun usaha keripik singkong. Saat ini, usaha kripik singkongnya juga menjadi rujukan dari berbagai pihak yang ingin meniru kesuksesannya.
Usaha kripik yang dirintis Muslimah berawal dari modal hanya sebesar Rp 50 ribu untuk membeli bahan baku singkong. Namun, karena kemauan yang tinggi untuk bisa berkembang dan mandiri, kini usahanya terus berkembang dan omsetnya mencapai Rp 30 juta/bulan. Saat ini, pembeli keripik singkong olahannya juga dari berbagai kalangan, mulai dari tingkat bawah hingga pejabat-pejabat setingkat menteri.
Bahkan saat hadir menjadi pembicara, keripik singkong yang dibawanya habis diborong para peserta. Usaha singkongnya juga telah memiliki merk dagang dengan nama 'Cantir' yang merupakan kependekan dari 'Cassava Antik Renyah'. Sekedar info, 'cassava' merupakan nama latin dari singkong. Untuk masalah halal dan kualitas juga tak perlu diragukan lagi, karena Cantir juga telah mengantongi sertifikat dari MUI dan BPOM.
Foto: Safari TNOLFoto: Safari TNOL"Usaha jangan nunggu modal besar karena bisa tidak jalan-jalan. Jadi intinya, tidak ada yang tidak mungkin," kata Muslimah, saat memberikan motivasi kepada sejumlah ibu-ibu dan aktivis perempuan saat ulang tahun pertama New Land Community (NLC) di Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/2) lalu.
Menurut Muslimah, saat ini usahanya juga telah menjadi rujukan dari berbagai pihak untuk mencontohnya. Setidaknya dari Kementerian Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, wirausaha dan mahasiswa pernah melakukan studi banding ke keripik Cantir. Bahkan, karena bisa menyerap tenaga kerja maka organisasi buruh dunia ILO juga menyempatkan datang ke tempat usahanya yang terletak di Jl. Jagakarsa No.4, RT 09/03, Jakarta Selatan.
Cantir sendiri terdiri dari empat rasa yakni rasa keju, pizza, barbeque, ayam dan keripik pedas yang saat ini sedang dalam proses produksi. Keripik pedas merupakan produk unggulan Muslimah yang laris manis ketika dijajakan. Adapun harga keripik per kilonya dijual dengan harga Rp 25 ribu, sedangkan untuk ukuran kantong plastik biasa dijualnya dengan harga Rp 5 ribu. Selain itu, yang kemasan aluminium foil dijual dengan harga Rp 7 ribu.
Untuk yang ingin belajar bagaimana membuat kripik, Muslimah juga membuka kelas pendidikan dengan biayanya Rp 1,5 juta/orang. Sementara untuk kelompok dengan jumlah murid 25 orang, maka biayanya berbeda lagi dengan rincian membeli bahan baku Rp1,5 juta, honor pembicara Rp 2 juta, honor asisten Rp 500 ribu, sewa tempat Rp 500 ribu dan biaya makan Rp 35 ribu/orang.
Foto: Safari TNOLFoto: Safari TNOL"Tapi untuk komunitas ini gratis. Ini sebagai wujud terima kasih saya kepada komunitas ini," ujar Muslimah yang langsung disambut tepuk tangan kaum ibu-ibu dan aktivis perempuan New Land Community.
Menjadi Motivator
Selain menjadi pengusaha kripik yang sukses, Muslimah juga pernah menjadi pembicara dalam berbagai acara yang digelar berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah. Tidak heran, sebagai motivator, Muslimah telah berkeliling ke berbagai pelosok Indonesia. Setidaknya, Muslimah telah mengunjungi NTB, Kalimantan, Ujung Pandang dan Surabaya.
"Menginap di hotel-hotel yang dulu cuma dalam mimpi sekarang menjadi kenyataan," ungkap perempuan kelahiran Nganjuk, 6 Juli 1968 ini.
Foto: Safari TNOLFoto: Safari TNOLUntuk masalah berbagi ilmu bagaimana mengelola singkong dan memasarkannya dengan baik, ibu dari empat anak dan tiga cucu ini memang tidak pelit. Dengan senang hati perempuan berkerudung ini mau berbagi pengalaman. Apalagi, ia juga berprinsip jika berniat membantu orang lain maka pasti akan terbuka jalan kemudahan.
"Ada kebanggaan tersendiri ketika bisa berbagi ilmu kepada siapapun," paparnya.
Sebagai pengusaha dan motivator yang ingin sukses, Muslimah juga memiliki cita-citanya yang hingga saat ini masih digenggamnya, yaitu salah satunya ingin memiliki tempat pelatihan sehingga bisa menjaring banyak wirausaha. Selain itu, iapun juga akan membuat buku tentang Teknolgi Pertanian dan Petani Berprestasi.
"Saya juga ingin belajar bahasa Inggris, karena saya ingin ke Amerika untuk menjadi narasumber disana," pungkas Muslimah. **M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar