Tidak hanya bahasa Alay, setiap bentuk bahasa yang terdapat penyimpangan di dalamnya harus segera ditinggalkan. Untuk dapat meninggalkan penggunaan bahasa Alay, masyarakat perlu menganalisa dampak dari penggunaan bahasa Alay tersebut.
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Fonem adalah unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Sintaks adalah penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu (dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Bahasa itu merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berfikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers dalam Inleideng toto de Taalkunde en tot de Geschiedens van het Nederlands, halaman 177).
Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsissan yang cukup mengganggu masyarakat pada umumnya. Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah.
Alih-alih mempermudah orang lain mengerti apa yang hendak dikatakan, penggunaan bahsa alay justru memperlambat orang lain untuk memahami apa yang diungkapkan, terlebih lagi orang tersebut tidak terbiasa dengan bahasa Alay karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa Alay dalam komunikasi baik di dunia nyata maupun dunia maya menimbulkan beberapa masalah. Dalam penulisan makalah ini dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditimbulkan di antaranya:
1. Bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam acara yang formal. Misalnya ketika sedang presentasi di depan kelas.
2. Bahasa Alay dapat menyulitkan orang lain yang mendengar kata-kata yang termaksud Alay untuk mengerti maksud dari apa yang dibicarakannya. Misalnya ketika ingin berbicara rumah dia berkata humz, hum, um atau hoz.
3. Bahasa Alay dapat menyulitkan orang lain yang membaca tulisan dengan gaya alay untuk mengerti maksud dari apa yang ditulisnya. Misalnya ketika menulis besok dating ke rumah saya, ditulis dengan b350k dtg k3 hoZz sAia.
4. Biasanya sebutan untuk seseorang yang suka menggunakan bahasa Alay dikategorikan oleh beberapa orang yang merasa terganggu dengan sebutan norak.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: ”Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Dan undang-undang dasar kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”. Namun, di samping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang termuka di antara berates-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Kita sebagai warga Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Maksud dari bahasa yang benar atau betul ialah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku. Sedangkan bahasa yang baik atau tepat ialah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa yang baik dan benar”, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligs memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Pengertian bahasa Alay yang telah dijelaskan oleh Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran pada bab pendahuluan, bahasa Alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas Alay.
Fenomena bahasa alay menjadi menarik, karena tidak semua orang mau menerima bahasa Alay ini. Bahasa Alay sering digunakan oleh komunitas tersebut dalam SMS, atau status di Facebook dan Twitter. Entah karena banyaknya orang yang memakai tulisan alay sehingga berdampak banyak orang yang merasa terganggu sampai-sampai muncul grup antialay di Facebook.
Apakah penggunaan bahasa Alay mempunyai pengaruh terhadap bahasa Indonesia? Dan bagaimana cara masyarakat menaggapi hal tersebut?. Menurut Sahala, penggunaan bahasa sandi itu akan menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi massa karena lambang-lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khalayak, media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Karena remaja sekarang sering menggunakan bahasa Alay dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menyebabkan para remaja menjadi sulit menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Banyak dari mereka yang lancar dalam penggunaan bahasa Alay, tetapi sangat kesulitan dalam berbahasa Indonesia.
Masyarakat berlain pendapat dalam menghadapi hal tersebut, ada yang menerima bahasa tersebut ada juga yang merasa terganggu. Bagi mereka yang menerima bahasa Alay beralasan karena mereka menganggap itu merupakan kreativitas. Jadi, biarkan saja kaum muda itu menggunakan bahasa sandi mereka sendiri yang ditujukan kepada komunitas mereka sendiri saja.
Sedangkan bagi masyarakat lain yang merasa terganggu dengan bahasa Alay, menganggap bahasa Alay sangat sulit dipahami demikian juga penulisan dengan huruf alay sangat menyulitkan bagi beberapa orang untuk membacanya.
Bagaimana ciri-ciri bahasa yang dikategorikan dalam bahasa bentuk Alay? Apa dampak positif (negatif) yang ditimbulkan dari penggunaan bahasa Alay tersebut?. Dari data yang penulis dapat ciri-ciri bahasa Alay, antara lain:
1. Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: “t3m4n, b350k k1t4 p3r91 yuuk”.
2. Kapitalisasi yang sangat berantakkan. Contoh:”tEmAn, bEsOk kItA pErGi YuUuK”.
3. Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh: “nanti Aq xmx kamyu deeech”, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
Contoh-contoh yang telah disebutkan di atas baru sedikit, ini artinya masih banyak lagi kata-kata yang termaksud di dalamnya. Penggunaan bahasa Alay memiliki dampak yang positif dan negatife. Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih creative. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Sedangkan dampak negatifnya adalah penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbaha Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay. Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi.
Dampak negatif lainnya, bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Dengan dibiasakannya diri seseorang untuk menggunakan bahasa Alay, maka dapat menyulitkan dirinya sendiri. Bisa dibuktikan dengan tingkat kelulusan SMA tahun ini. Banyak siswa-siswi SMA yang tidak lulus. Bahkan ada beberapa sekolah yang siswanya tidak lulus semuanya. Penyebab terjadinya di antaranya karena, keengganan mereka untuk membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia. Mereka lebih senang menggunakan bahasa Alay, karena lebih mudah dan merupakan bahasa yang lagi musim saat ini. Mereka gengsi atau malu jika mereka tidak menggunakan bahasa tersebut.
Tata bahasa Indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas. Jika mereka tidak menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah satu dari penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya bahasa Alay.
Bahasa Alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Menurut Pak Sahala, “Tiap generasi atau masa selalu muncul bahasa sandi yang berlaku dalam suatu komunitas kecil atau besar. Bahasa sandi suatu komunitas bisa berumur pendek, tetapi bisa juga berumur panjang.”
Sebaiknya bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman. Atau pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar