Senin, 18 Maret 2013
Menunggu Kepastian
Hidup kita selalu dihadapkan pada apa yang disebut yang disebut menunggu. Meskipun orang berkata menunggu adalah membosankan, menunggu adalah buang -buang waktu namun mau tidak mau kita harus bersentuhan dengan menunggu.
Para agamawan berkata hakikat kehidupan dunia ini adalah menunggu. Yaitu menunggu giliran panggilan kematian. Maka pekerjaan utama adalah beribadah kepada Tuhan dan pekerjaan di dunia kita saat ini adalah selingan atau ‘part-time’ saja.
Mulai dari bangun tidur kita sudah berhadapan dengan menunggu. Bagi yang ngekos bareng - bareng maka bersiaplah menunggu antrian kamar mandi. Tahanlah hajat samapi giliran anda tiba. Setelah itu ketika harus berangkat bekerja, kuliah, sekolah atau berbelanja kita harus sabar menunggu tukang ojek, tukang becak, angkot, metromini atau biskota. Di jalanan kita menunggu giliran yang diatur oleh lampu merah, polisi, pak ogah. Yang paling sebel ketika harus menunggu ‘pejabat’ melintas di jalan raya. Kalau menunggu di dalam mobil yang ‘kinyis’ masih mending. Klo pas di dalam metromini yang berdesak-desakkan di bawah terik matahari, bising, udara berdebu campur asap knalpot kendaraan bermotor maka menunggu yang satu ini benar-benar sangat dibenci.
Menunggu memang membosankan. Untuk itulah banyak penyedia pelayanan jasa yang mempersingkat waktu menunggu pelanggan dengan meningkatkan etos kerja. Kalaupun kostumer harus menunggu maka disediakan ruang tunggu yang sejuk tenang plus dengan layanan minuman dan makanan ringan. Untuk mengatur disiplin dan rasa keadlian menunggu maka disediakan juga mesin token untuk mengaturnya. Kalaupun tidak ada mesin cukup memakai jasa office boy atau sekuriti.
Dari sekian menunggu yang tidak menjemukan adalah menunggu sang kekasih. Selama masa menunggu ini hati bergejolak dan berbunga-bunga. Rasanya seperti sebuah iklan permen ‘rasanya rame-rame’. Menunggu yang satu ini banyak menjadi inspirasi para musisi untuk mencipta lagu. Tentu ada ribuan suara hati berkecamuk salah satunya adalah seperti berikut ini. ‘kumenanti seorang kekasih. yang tercantik yang datang di hari ini. adakah ia kan slalu setia bersanding hidup penuh pesona harapanku’ kata Iwan Flas.
Menunggu adalah identik dengan kesabaran. Kalau pepatah ini benar maka rakyat Indonesialah yang menjadi juara lomba kesabaran tingkat Internasional. Rakyat negeri ini harus menunggu 350 tahun untuk merdeka. Setelah 65 tahun merdeka rakyat masih menunggu dan menunggu. Menunggu jam-jam kantor pemerintah buka tepat waktu. Menunggu manusia yang disebut pegawai negeri masuk kerja tepat waktu, jujur dan amanah dalam bekerja, tulus dalam melayani masyarakat. Semua pekerjaan selesai seperti waktu yang dijanjikan. Berganti rezim berkuasa rakyat masih harus menunggu.
Menunggu datangnya keadilan dan kesejahteraan layaknya seperti mitos munculnya Ratu Adil dan Aryo Piningit di negeri ini. Cerita-cerita ini sengaja dihembuskan untuk menenangkan hati rakyat yang gundah. Harapan-harapan itu kembali dikumandangkan dalam siklus lima tahunan yang hingar bingar. Dari kampanye ke kampanye janji mewujudkan harapan itu nyaring di mana-mana. Setelah pesta usai rakyat kembali harus sabar menunggu.
Di lain kesempatan pejabat, pakar dan apapun namanya sering mengingatkan rakyat untuk sabar jika menghendaki negeri ini menjadi negari yang sejahtera dan demokratis, gema ripah loh jinaweh. Mereka sering mencontohkan Amerika. Negeri yang saat ini dipimpin Obama ini perlu waktu 350 tahun untuk bisa sejahtera dan demokratis. Nah kita baru 65 tahu jadi masih kurang 290 tahun lagi. jadi jangan ‘kesusu’ alias terburu - buru. Biarkan kami berkuasa dan jangan diganggu.
Agaknya pejabat, pakar serta apapun namanya itu tidak konsisten. Ungkapan seperti itu hanya untuk menipu rakyat. Buktinya mereka tidak membutuhkan waktu 350 tahun untuk sejahtera (kaya). Sekali gasak uang negara maka dua atau tiga kali 350 tahun itu terlampaui. Kita bisa mengaplikasikan ilmu dan teknologi tanpa harus menunggu 350 tahun. Jadi klo ada yang bilang perlu waktu 350 tahun untuk bisa seperti Amerika adalah pembodohan rakyat.[]MZ_matasiswa.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar