Senin, 29 Februari 2016

Kemelaratan Timor Leste Jadi Cermin Bagi GAM, OPM, dan RMS











3 tahun berlalu sejak Timor Leste resmi menjadi negara merdeka yang diakui secara internasional. Selama kurun waktu tersebut, banyak hal yang terjadi di sana. Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita simak kembali perjalanan Timor Leste menuju kemerdekaannya!


Negara Republik Demokratis Timor Leste adalah sebuah negara yang lepas dari Indonesia secara de jure pada tahun 1999 melalui referendum yang mana kala itu perintah untuk menyebut referendum sebagai jalan keluar berasal dari mantan Presiden Habibie. Referendum diadakan karena banyaknya gerakan seperatisme oleh penduduk Timor Leste yang digerakkan oleh beberapa tokoh, contohnya Xanana Gusmao dan Jose Ramos Horta.
Dengan lepasnya Timor Leste dari Indonesia, pemilihan langsung untuk memilih presiden dilangsungkan pada 2001 yang mana berhasil membawa Xanana Gusmao memuncaki pemerintahan.
Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste dengan sokongan luar biasa dari PBB. Ekonomi berubah total setelah PBB mengurangi misinya secara drastis.
Semenjak hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia antara lain dengan mengadopsi Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari Australia sebagai "balas budi" atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum.
Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste dan mengadopsi mata uang dolar AS sebagai mata uang resmi yang mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal ekonomi.
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa memisahkan diri bukanlah jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di suatu daerah. Hal ini menjadi cermin bagi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Maluku Selatan (RMS), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Timor Leste mengharapkan bisa mengeksploitasi minyak bumi di Celah Timor (Timor Gap), namun sepertinya sulit untuk mendapatkan pendapatan devisa yang besar di Celah Timor karena Australia telah mengiming-imingi Timor Leste dengan pengelolaannya dan Australia mendapatkan hasil eksploitasinya sebesar 80% dan sisanya diberikan ke Timor Leste. Australia juga telah menghalang-halangi Timor Leste untuk dapat menguasai Celah Timor secara penuh, dengan cara mengulur-ulur penyelesaian perbatasan kedua negara. (sejarahtimorleste.blogspot.com)
Tak dapat dipungkiri bahwa Australia turut ambil bagian dalam proses lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Hal ini bahkan dipublikasikan secara terbuka di mana warga Australia meminta Indonesia keluar dari Timor Timur yang saat itu masih berstatus provinsi Indonesia.
Republik Maluku Selatan pun mendapat sokongan asing. Hal ini dapat kita lihat dari situs pemerintahan darurat RMS yang bermarkas di Belanda. Bahkan mereka memiliki website yang dapat diakses siapapunwww.republikmalukuselatan.nl
Semoga NKRI tetap solid dan para pemimpin dapat mendorong pemerataan pembangunan guna menghilangkan kecemburuan yang dapat menyulut konflik di daerah.[]berbagai sumber. MSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar