Saat membahas tentang
entrepreneurship sosial, kita sering teringat dengan sosok Muhammad
Yunus dari Bangaldesh dengan Grameen Bank yang ia miliki. Tidak banyak
yang tahu bahwa negeri kita ini juga memiliki sejumlah entrepreneur
sosial berbakat yang berbagi semangat yang sama dengan pemenang Nobel
tersebut.
Belum banyak yang mengetahui sepak terjang RUMA,
bahkan di dalam negeri sendiri. RUMA adalah sebuah usaha sosial yang
didirikan dengan tujuan memberdayakan kaum miskin dengan menggunakan
teknologi yang sudah banyak digunakan oleh segala lapisan masyarakat:
teknologi ponsel. RUMA telah memberdayakan tak kurang dari 10.000
wirausahawan mikro di Indonesia. Sebanyak 85% dari mereka adalah kaum
wanita yang memiliki banyak jenis usaha seperti penjualan pulsa
prabayar, pembayaran listrik prabayar, dan layanan bernilai tambah
lainnya.
RUMA telah mendapatkan banyak
penghargaan seperto Social Enterprises Competition dari Harvard AS. Dan
baru-baru ini, RUMA juga dipilih oleh organisasi nirlaba Endeavor.org
sebagai satu bisnis yang berdampak sosial ekonomi luas di masyarakat
sekitarnya.
Berkat sejumlah prestasi yang ditorehkan
ini, tidak heran RUMA mendapatkan sejumlah sumber pendanaan. Beberapa
di antaranya yakni dari perusahaan Omidyar Network dari Silicon Valley,
Unitus Impact dan sebagainya.
Sosok di balik keberhasilan usaha sosial
RUMA ini adalah Aldi Haryopratomo, Sean Dewitt dan Budiman Wikarsa di
tahun 2009. Apa yang dimulai sebagai sebuah proyek rintisan darri
Grameen dan Qualcomm kini menjelma menjadi sebuah perusahaan dengan misi
sosial yang memberdayakan jutaan klien.
RUMA juga sudah merangkul sejumlah
organisasi yang berfokus pada pendanaan bisnis mikro di negara-negara
ekonomi berkembang seperti KIVA.org, Boston Consulting Group, Ernst
& Young, CINOC, dan lain-lain. Lembaga-lembaga pendidikan ternama
baik di luar dan dalam negeri pun sudah menjalin kerjasama dengan RUMA,
yakni Harvard, Stanford, UI dan ITB.
RUMA awalnya gagasan bisnis di kepala
Aldi dan kemudian ia berusaha wujudkan dengan menggandeng 2 rekan
lainnya. Konsep yang fokus pada usaha mikro itu membuat RUMA dengan
cepat bisa membangun jejaring agen bisnis mikro yang ia sebut sebagai
‘rekan usaha’.
Rekan-rekan usaha RUMA kemudian
diberikan fasilitas berupa pulsa telepon selular karena mereka
memerlukannya untuk berkomunikasi di tengah pedesaan yang relatif
terpencil.
Indonesia harus diakui adalah potensi
pasar yang gemuk dan perlu digarap. Para pendiri RUMA menyadari
banyaknya rakyat negeri ini yang masih banyak belum bisa menikmati
kelancaran berkomunikasi nirkabel.
Untuk mengatasi masalah itu, RUMA
mendirikan sebuah jaringan distribusi hingga mencapai 4000 agen aktif
yang pada gilirannya menjangkau 1,5 juta orang.
Ini bukan tujuan akhir bagi RUMA.
Mayoritas perusahaan besar di Indonesia menghadapi tantangan yang lebih
besar dalam mengumpulkan pembayaran dan mendistribusikan informasi
melalui kanal-kanal perniagaan tradisional.
Menyadari adanya peluang yang belum
dimanfaatkan, RUMA kemudian berupaya mengalihkan fokusnya pada
layanan-layanan bernilai tambah dan bermargin tinggi yang memaksimalkan
efisiensi dan luasnya jangkauan jaringan agennya untuk menghubungkan
perusahaan-perusahaan dengan dasar sistem konsumen piramida.(*AP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar