Menghafal
erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang
telah diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar).
Menghafal adalah kemampuan untuk memproduksikan tanggapan-tanggapan
yang telah tersimpan secara cepat dan tepat, sesuai dengan
tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Dalam
menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam kemampuan menyimpan dan
memproduksikan tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak
saja dalam hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan
tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills,
dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhadil dengan baik
jika disertai kemampuan menghafal.
Sementara
itu, sekalipun dalam belajar, kita menuju pengertian, tidak dapat
kita abaikan peranan ingatan dalam hal ini. Bahkan, apa yang kita
mengerti, apa yang kita alami sendiri, itu mudah kita ingat dan sukar
kita lupa.
Dengan
demikian, jelas, antara proses-proses belajar dan ingatan terdapat
hubungan yang erat. Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu
tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau
fungsi psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang
dipelajari adalah nonsens, tidak ada artinya. Dengan belajar, kita
bermaksud mendapatkan sesuatu, ini tidak mungkin tanpa pertolongan
ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat berjasa sekali proses
belajar. Maka dari itu berikut kiat - kiat agar anak mudah menghafal :
1. Mulai membaca dan menghafal yang paling mudah, yaitu surat Al-Fatihah. Kemudian lanjutkan dengan juz 30 (juz ‘amma). Mengawali dengan yang mudah akan membantu untuk langkah selanjutnya. Kebutuhannya terhadap surat Al-Fatihah sangat penting ketika hendak mulai belajar shalat.
2. Tentukan kadar hafalan dalam sehari, dengan kadar yang mudah dipenuhi, hingga akhirnya hafalannya kuat. Itu juga akan memudahkan proses menghafal selanjutnya. Kadar ini berbeda tiap orang, tergantung kecerdasan dan kecepatan hafal yang dimiliki.
3. Persering muraja’ah (mengulang-ulang) sampai benar-benar hafal. Jangan sampai ada hari yang terlewati tanpa hafalan baru maupun mengulang hafalan yang lalu.
4. Motivasi sang adik dengan hadiah bila telah selesai menghafal satu juz dengan sempurna, misalnya.
5. Awali dengan talqin (membacakan) dan tardid (memperdengarkan berulang kali). Biasanya ini adalah awal modal dalam menghafal, kemudian ajari ia cara membaca (Al-Quran), sampai nanti dia mahir membaca Al-Quran sendiri tanpa perlu didampingi saudarinya atau gurunya.
6. Jika sang adik sudah mencapai usia wajib-shalat dan berakal, ajarkan dia agar mengulangi hafalannya dengan cara membaca (surat yang telah dihafalnya) dalam shalat, baik shalat fardhu maupun nafilah (sunnah).
7. Ulangi hafalannya dengan mendengar kaset atau komputer, agar terpadu antara baiknya pelafalan dan baiknya cara baca. Kesempatan ini juga bermanfaat untuk mengulang hafalan dan memperkuatnya.
8. Pilih waktu yang sesuai untuk menghafal – selagi tidak sibuk dan banyak urusan – misalnya pilih waktu setelah fajar (subuh) atau waktu antara maghrib dan isya. Jauhi masa ketika lapar, capek, atau mengantuk.
9. Puji sang adik di hadapan tetangga atau kerabat, untuk menyemangati dan memotivasi para tentangga dan kerabat supaya ikut menghafal Al-Quran. Baca dua surat al-mu’aqqidzat (yaitu Al-Falaq dan An-Nas), agar terhindar dari ‘ain orang yang dengki.
10. Sangat penting bagi sang adik untuk memakai satu mushaf, jangan gonta-ganti, karena dengan itu dia akan lebih kuat mengingat letak ayat.
11. Motivasi sang adik untuk menuliskan ayat yang telah dihafalnya, hingga tergabung antara pelajaran menulis dan kuatnya hafalan.
Hanya Allah yang mampu memberi taufik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar