Cerita pendek atau lebih sering disingkat dengan cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra prosa. Sebagai karya sastra, cerpen bersifat fiktif-imajinatif., sehingga disebut pula karangan fiksi. Meskipun bersifat fiktif-imajinatif, tak jarang persoalan yang diangkat dalam cerpen bersumber dari kenyataan (fakta) sehari-hari. Namun demikian, kenyataan (fakta) tersebut diolah secara imajinatif oleh pengarang sehingga menjadi sebuah karya fiksi.
Secara fisik, cerpen pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Panjang ceritanya kurang lebih 3 sampai 10 halaman atau kurang dari 10 ribu kata.
Selesai dibaca dalam sekali duduk.
Hanya terdapat satu insiden yang menguasai jalan cerita
Terdapat konflik, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya.
Hanya terdapat satu alur cerita
Perwatakan dan penokohan dilukiskan secara singkat
Unsur Pembangun Cerpen
Seperti halnya bentuk prosa lainnya, cerpen dibangun dari unsur intrinsik (unsur dari dalam cerpen) dan unsur ekstrinsik (unsur dari luar cerpen).
Unsur intrinsik meliputi:
Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema suatu cerita seringkali diungkapkan secara tersirat.
Alur/plot, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjlin kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga terjalin satu cerita yang bulat.
Latar/ setting, yaitu menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Tokoh dan penokohan, yaitu tokoh menunjuk pada orang/pelaku cerita, sedangkan penokohan menunjuk pada sifat/karakter dan sikap tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Sedangkan untuk menggambarkan tokoh dapat dilakukan secara langsung (analitik) dan taklangsung (dramatik)
Sudut pandang, yaitu cara pengarang menempatkan diri atau memandang suatu peristiwa dalam cerita.
Gaya bahasa, yaitu cara khas penyampaian dan penyusunan dalam bentuk tulisan atau lisan. Hal ini meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata.
Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ditulisnya.
Unsur Ekstrinsik meliputi:
Latar Tempat, Latar Waktu, Latar Suasana, Latar Material & Latar Sosial
Latar belakang biografi pengarang
Keadaan sosial, politik, ekonomi zaman karya ditulis
Psikologi pengarang.
Langkah menulis cerpen:
Menentukan tema
mengumpulkan bahan cerita, bahan cerita dapat diambil dari peristiwa sehari-hari, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil membaca, mengamati, dan sebagainya
Menyusun data/ bahan cerita,merupakan garis besar cerita, cerita berawal ketika apa, siapa tokohnya, apa konfliknya
Mengembangkan data dan bahan menjadi cerita
Merevisi hasil tulisan
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen.
Narasi. Cerpen merupakan cerita, maka narasi (cara bercerita yang baik dan menarik) akan menjadikan cerpen menarik untuk dinikmati.
Deskripsi. Cerita akan semakin menarik bila ada deskripsi yang mendukung isi cerita. Misalnya deskripsi tokoh, deskripsi tempat, deskripsi suasana, dan sebagainya. Semakin cermat dekripsinya akan semakin bagus.
Contoh:
Untuk menceritakan tentang tokoh perempuan yang cantik hanya dengan kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
“Perempuan itu berkulit kuning langsat. Wajahnya oval, bulu matanya lentik, alisnya tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti dan ada tahi lalat di pipi sebelah kiri. Dagunya sekilas bagai sangkar burung tempua. Sesekali barisan putih menyembul dari balik bibirnya saat tersenyum. Ah, bibir yang tipis dan basah…”
Untuk menceritakan tempat dan suasana hanya dengan kalimat ”Malioboro selalu ramai, banyak pedagang kaki lima yang selalu menarik kedatangan turis.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
”Hujan yang menggila mulai reda. Orang-orang mengalir lagi lagi di sepanjang Malioboro, mengikuti jalur ke arah selatan. Sebuah urat nadi Yogya, yang semakin sesak dengan gedung-gedung bertingkat dan pengap oleh polusi kendaraan. Di koridornya pejalan kaki berbagi tempat dengan pedagang souvenir, yang hampir menghabiskan tempat.
Pedagang kaki lima, memang, menguasai wilayah turis ini. Membuat atraktif. Sedap dipandang mata dan membuka lapangan pekerjaan. Mengurangi kemiskinan. Sumber devisa, karena banyak menyedot turis mancanegara datang ke sini.”
Dialog. Dialog sangat penting untuk menghidupkan cerita. Di samping itu, dialog juga dapat memberikan petunjuk tentang watak dan sifat tokoh cerita, dapat menggugah perasaan pembaca dalam menghayati suasana dalam cerita.
Konflik. Konflik juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Adanya konflik akan membuat pembaca semakin ingin tahu akhir ceritanya. Cerita tanpa konflik akan terasa datar saja.
Memperhatikan EyD. Meskipun cerpen merupakan karya fiksi, penggunaan EyD tidak dapat diabaikan, terutama yang berkaitan dengan tanda baca. Misalnya tanda baca apa yang dipakai dalam menuliskan kalimat langsung (yang ada pada dialog), kapan harus muncul paragraf baru, kapan menggunakan tanda ’titik’, ’koma’, ’tanda tanya’, ’tanda seru’, penulisan istilah asing, dan sebagainya.
Selain hal-hal di atas, agar cerita semakin menarik Anda dapat pula memasukkan pengetahuan di dalamnya. Ini terlihat dalam Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, atau Supernova-nya Dewi Lestari. Dengan memasukkan pengetahuan juga semakin menunjukkan luasnya wawasan pengarang. Agar cerpen Anda semakin kaya, Anda juga perlu membaca karya-karya lain. Tentu tidak dimungkiri, banyak membaca akan memperkaya wawasan.
Hal yang paling penting agar dapat menghasilkan sebuah cerpen yang baik adalah berlatih, berlatih, berlatih.
Dengan demikian penguasaan deskripsi sangat penting dalam menulis cerpen. Adanya deskripsi akan semakin menghidupkan cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar