Wah, menyelesaikan skripsi tuh bener-bener perjuangan yah?
Hihihi... Harusnya sih aku bisa menyelesaikannya 3 bulan kemarin, tapi...masih
nihil!
Aku nih udah dianggap angkatan tua, and masih aja aktif di
kampus jadi asisten. Padahal temen-temenku yang lain mungkin udah berkarya di
luar sono. Kerjaan tiap hari ya gitu deehhh, rada kuli, enggak kenal waktu. Punya
orang tua ya kurang diperhatikan.., punya temen ya jarang kumpul-kumpul lagi.
Jadi workaholic gini ya? Pulang udah capek, and pagi kudu berangkat lagi enggak
sempet ngurus hal lain. Ya mungkin emang manajemen waktuku saja yang kurang
pas, menempatkan kerjaan sebagai prioritas utama.
Hmm, sekarang nih aku baru ngerasa ketar-ketir. Pasalnya,
skripsiku yang dah sampe tahap analisis itu kayaknya sudah basi, jamuran,
lumutan...diantara tumpukan buku-buku kuliahku. Sementara aku sadari betul
bahwa aku harus segera menyelesaikan studiku, agar bisa segera melangkah ke hal
lain yang lebih tinggi, berkarir dengan ijazah S1. Dan yang pasti orang tuaku
sudah lama menantikan kapan aku lulus dan segera menikah, hahaha... Hal lain
yang membuatku stres juga. Walau pacarku yang usianya terpaut jauh lebih tua
dari aku memang sudah bekerja, tapi aku masih ingin menikmati hidup sebagai
lajang.
Mungkin memang ini kali ya tantangan buat aku untuk segera
menyelesaikan skripsi. Bahkan mungkin karena saking sudah lama tidak kusentuh,
aku harus mengulanginya dari awal. It's okay, aku yakin pasti bisa
menyelesaikannya. Ups, pede banget ya! Padahal pagi ini tanganku gemetaran lho.
Bukan karena kedinginan diruang ber-AC atau juga karena buyutan, hehehe, tapi
karena segala perencanaan dan target yang ingin kucapai berputar terus
dikepalaku. Aku memang sempat drop beberapa waktu lalu, semangat hidupku pudar
hanya karena masa lalu yang tidak penting. Kini aku harus mencoba melangkah
lagi dari awal. Ya semoga saja, semangat dan optimis-ku ini bisa terus
membara,hihihi kayak obor olimpiade!
Skripsi bukanlah tugas kelompok, sekalipun itu bekerja dalam
sebuah penelitian berkelompok, pada akhirnya skripsi itu tugas individu. Sama
halnya dengan hidup. Kehidupan ini memang bersosial bersama orang lain, namun
pada akhirnya, kematian itu seorang diri.
Mungkin terlalu hiperbolis menganalogikan skripsi dengan
hidup. Tapi inilah kenyataannya, karena skripsi merupakan bagian dari hidup.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa diambil dari mata kuliah skripsi,
diantaranya yaitu pendewasaan.
1. Bagiku Penelitianku, Bagimu Penelitianmu
Pendewasaan yang pertama adalah bagaimana menyikapi apa yang
telah kita dapatkan. Setiap mahasiswa memiliki topik penelitiannya sendiri,
entah itu penelitian kualitatif atau penelitian kuantitatif, studi kepustakaan
ataupun studi lapangan. Persoalan yang sering terjadi adalah ketika satu pihak
merasa penelitiannya lebih sulit daripada pihak lain. Hidup ini berbeda, ada
orang kaya ada orang miskin. Tolak ukur dari hidup adalah berkualitas, bukan
kuantitas. Belum tentu si kaya bahagia dan belum tentu pula si miskin
menderita. Sama halnya dengan skripsi, belum tentu penelitian yang mudah itu
membahagiakan dan belum tentu penelitian yang sulit itu menyengsarakan. Semua
punya titik dan porsi kepuasan pada tempatnya yang pada akhirnya menggambarkan
kebahagian masing-masing.
2. Mengejar Dosen.
“Mengejar dosenku tidak semudah mengejar dosenmu”. Perkataan
tersebut sudah sangat sering dilontarkan oleh mahasiswa tingkat akhir. Beberapa
banyak mengeluh tentang dosen yang sulit ditemui, dosen yang terlalu sibuk,
dosen yang masa bodoh atau dosen yang terlalu pintar sehingga banyak maunya.
Semuanya ada masalah tersendiri dengan dosen. Itulah uniknya skripsi, mengejar
dosen pembimbing. Sama halnya dengan rezeki, mengejar sesuap nasi. Ya, analogi
mengejar dosen sama dengan analogi mencari rezeki. Setiap mahasiswa punya dosen
pembimbingnya masing-masing, sama halnya dengan punya rezekinya masing-masing.
Yang mendapat dosen mudah ditemui, baik, dan tidak banyak maunya, bukan lantas
berleha-leha, harus memberi feedback (dibaca : revisi) dengan baik. Sama juga
dengan rezeki, ketika banyak mendapat maka harus banyak juga memberi. Tapi
jangan pesimis bagi yang mendapat (katakanlah) dosen yang menyulitkan. Dosen
juga manusia, pasti ada celah kemudahan bimbingan disetiap kesulitannya. Rezeki
itu tidak akan menyulitkan ketika kita berusaha mendapatkannya. Jadi,
pendewasaan yang kedua adalah bagaimana mensyukuri rezeki yang kita punya.
3. Lebih Cepat Lebih Baik?
Terkadang ungkapan lebih cepat lebih baik belum tentu benar.
Kenapa? karena semua ada waktunya. Tapi bukan juga lebih lama lebih baik, atau
bahkan dilama-lamain agar lebih baik (kapan lulus?). Analogi skripsi dengan
dengan hidup-nya adalah seperti ini. Setiap bayi tumbuh dan berkembang, sama
diantara bayi yang satu dengan bayi yang lain. Perbedaannya hanya terletak pada
waktu. Misalnya bayi A dapat berbicara atau berjalan lebih cepat dari bayi B.
Namun pada akhirnya, kita tidak tahu mana yang lebih cepat meninggal atau mana
yang lebih lama hidup. Belum tentu yang lebih cepat meninggal itu lebih buruk
atau yang lebih lama hidup itu lebih baik. Manfaatkanlah waktu semasa kita
hidup. Begitupula dengan kelulusan, lebih cepat atau lebih lama, belum tentu
lebih baik. Cepat atau lama, yang pasti akan lebih indah. Sehingga
manfaatkanlah waktumu semasa kuliahmu. Jadi, pendewasaan yang ketiga adalah
bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik.
Skripsi itu bukan hanya pembelajaran akademis yang kita
teliti, namun juga pembelajaran hidup yang kita alami. Skripsi bukan hanya
makalah hasil penelitian, melainkan juga makalah hasil pendewasaan. Jadi,
sikapilah skripsi dengan bijak dan jalanilah dengan baik, karena semua
mahasiswa indah pada skripsinya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar