Senin, 09 Juni 2014
Behel Gigi untuk Gaya Justru Jadi Bahaya
Maunya gaya-gayaan, tapi justru bikin bahaya. Itulah gambaran buat orang yang punya gigi teratur, tapi mau tampil trendi dengan mamasang kawat gigi. Bukannya bikin penampilan makin oke, justru bikin gigi makin rusak. Ternyata perawatan pemakaian kawat gigi tidak sesederhana yang dibayangkan banyak orang.
"Banyak sekali yang bisa membawa dampak kesehatan pada gigi," kata dokter gigi Irwin Lesmono dalam talk show tentang kawat gigi, Selasa, 23 Oktober 2012, di Kedai Tempo, Utan Kayu, Jakarta.
Menurut Irwin, pemasangan kawat gigi alias behel akan membuat sisa-sisa makanan rentan menempel pada gigi. Itulah sebabnya membersihkan gigi seusai makan bagi orang yang memakai kawat gigi harus kerap dilakukan. Bila tidak, sisa makanan yang menempel akan membuat gigi jadi berlubang, berwarna kuning, serta rusak.
Irwin menerangkan, perawatan pemasangan kawat gigi juga membutuhkan waktu yang lama. Dalam kasus yang normal, kontrol ke dokter biasanya dilakukan setiap tiga sampai empat pekan selama dua tahun. Situasi inilah yang membuat orang dengan motivasi gaya-gayaan tidak sabar melakukannya. "Kalau orang hanya mau gaya-gayaan, biasanya cuma sebentar. Baru tiga bulan pakai pakai dia bosan minta dicopot," kata Irwin yang kini tengah menempuh spesialis orthodenti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Bahkan, saking inginnya tampil kece, kawat dipasang begitu saja tanpa menggeser gigi. "Itu memang tidak membahayakan, sekedar kawat melintang. Tapi pemasangan kawat seperti itu harus diperhatikan jangan sampai merusak gigi atau gusi di sekitar pemasangannya. Karena saya lihat itu ada kawatnya yang tajam," kata Irwin.
Pemakai kawat gigi akan merasakan sakit, terutama untuk pasien dengan kasus gigi rusak. "Pada bulan-bulan awal pemasangan behel, gigi terasa sakit banget, gusi berdarah, pipi bagian dalam juga bengkak-bengkak dan sariawan karena gesekan dengan kawat," kata Dessy Rosalina, 27 tahun. Dia sempat kesulitan makan karena sakit.
Dessy mengatakan dirinya memakai kawat gigi sejak dua tahun lalu. Ini dilakukan karena dia mempunyai gigi yang berantakan dan renggang. Dia jadi tidak pede dengan penampilannya. Sejak menggunakan behel, masalah kebersihan gigi menjadi krusial bagi Dessy. Sebab itulah, kemana pun pergi dia senantiasa membawa sikat gigi kecil atau tusuk gigi serta cermin kecil.
Perawatan orthodenti (kawat gigi) sebenarnya tidak main-main. Selain karena perawatannya jangka panjang, efeknya juga signifikan. Dalam perawatannya, bisa saja pasien harus melakukan tindakan cabut gigi atau gigi digerakkan sedemikian rupa. Oleh sebab itu, sebelum pemasangan behel, dokter biasanya meminta surat persetujuan tindakan medik pada pasien. Dokter pun harus menjelaskan selengkap-lengkapnya serta rencana perawatannya seperti apa. Jadi, pasien sudah benar-benar mengerti risikonya sebelum kawat gigi dipasang.
Irwin mewanti-wanti, tidak semua merapikan gigi dilakukan dengan cara pemasangan behel. Ada cara lain seperti dengan alat lepasan, bedah mulut, atau menggunakan face maskyang gunanya untuk merangsang pertumbuhan rahang atas supaya mengimbangi rahang bawah. "Banyak orang salah kaprah mengira merapikan gigi hanya bisa diselesaikan dengan behel. Padahal, banyak cara lain, tidak harus selalu dengan kawat gigi," Irwin menegaskan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar